Pasuruan, Senin 21 Februari 2022
Reporter: Angga Ardiansyah
Ramapati Pasuruan– Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati setiap tanggal 21 Februari tiap tahunnya. HPSN mengingatkan semua pihak bahwa persoalan sampah harus menjadi perhatian utama, yakni dalam hal penanganan dan pengelolaannya yang memerlukan pelibatan seluruh komponen masyarakat.
Terkait hal tersebut Pemkot Pasuruan melalui Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (DLHKP), dalam rangka untuk mengurangi penimbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), akan membuat solusi atau terobosan dalam hal sampah dan pengelolaannya.
Solusi baru itu berupa pemanfaatan TPS3R (Tempat Pemrosesan Sampah Reduce, Reuse, Tecycle) menjadi TPS Terpadu, guna mengelola berbagai macam jenis sampah baik organaik, anorganik dan sampah keras anorganik seperti pecahan kaca, keramik dan bekas kaleng atau semacamnya.
“Harapan kami kedepan zero waste, atau tanpa ada timbunan sampah di TPA. Sementara kita ada pilot project (proyek percontohan) di Kelurahan Krapyakrejo, kita bangun dari TPS3R menjadi TPS terpadu”, kata Plt Kepala DLHKP Kota Pasuruan, Samsul Rizal, saat giat bersih-bersih serentak, Minggu (20/2/2022) pagi.
Menurut Rizal untuk tempat atau proyek percontohan pertama di tahun 2022 ini pihak DLKHP Kota Pasuruan akan membangun TPS Terpadu diwilayah Kelurahan Krapyakrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan.
“Apabila pilot project TPS Terpadu di Krapyakrejo itu dinilai lebih efektif, maka tidak menutup kemungkinan akan dibangun TPS Terpadu lainnya di masing-masing kelurahan yang ada di Kota Pasuruan,” tambahnya.
Dalam proses pengolahannya sendiri, Rizal menjelaskan nanti akan dilakukan pemilahan dulu, dimana sampah jenis organik akan dibuat semacam pupuk kompos. Dan untuk sampah yang anorganik, bisa dijual atau diolah menjadi sebuah kerajinan.
Untuk sampah atau limbah keras anorganik seperti pecahan kaca dan keramik, akan dilebur menjadi semacam abu atau bisa juga dibuat sebagai bahan campuran material seperti pot atau vas bunga, batako, paving blok dan sejenisnya.
“Sampah yang jenis organik dijadikan pupuk kompos, terus yang anorganik seperti plastik, botol memiliki nilai jual. Dan sampah yang tidak bisa dikelola seperti kaca, keramik, kaleng, itu dimasukkan ke mesin semacam pembakaran”, ujarnya
Metode ini diharapkan mengurangi penumpukan di TPA yang overload, dan secara tidak langsung akan mengurangi penggunaan lahan TPA karena sampah yang ada di Kota Pasuruan dapat teratasi dengan baik ditingkat TPS.
Lebih lanjut Rizal menjelaskan, untuk membangun sebuah TPS terpadu, dibutuhkan anggaran kurang lebih sebesar 1 miliar rupiah untuk pembangunan fisik semacam workshop, mesin pemilah, dan mesin insinerator (pembakaran sampah).
“Untuk satu titik dibutuhkan anggaran sebesar Rp1 Miliar, mulai dari pengurukan lahan, pembangunan workshop, serta mesin-mesin pemilah semacan conveyor dan juga mesin insinerator atau semacam pembakaran”, tuturnya.
Di Kota Pasuruan sendiri, dari data yang ada di DLHKP menurut Rizal jumlah sampah secara keseluruhan yang dibuang ke TPA selama ini, kurang lebih ada sebanyak 94 Ton dan bisa mencapai 120 Ton sampah per-hari jika musim penghujan atau banjir.
Keberadaan TPS Terpadu di satu titik, dipastikan oleh Rizal bisa menangani sampah sebanyak 2 Ton. Dan apabila di masing-masing kelurahan atau 34 kelurahan bisa dibangun TPS Terpadu, secara kumulatif akan mengurangi sampah sebesar 68 Ton sampah.
Sedangkan untuk tenaga sendiri, Rizal menyebutkan kurang lebih hanya dibutuhkan 4 sampai 5 petugas untuk mengoperasionalkan di tiap TPS Terpadu dilapangan.
“Apabila ini nanti berhasil, mungkin ada penambahan atau peningkatan dari TPS3R menjadi TPS Terpadu. Misalkan ada 30 lokasi aja, kan bisa mengurangi 40 hingga 50 persen sampah ke TPA”, pungkas Plt Kepala DLHKP.