Mahasiswi Asal Kota Pasuruan yang Terjebak Perang di Sudan Berhasil Selamat Kembali Bersama Keluarganya

Pasuruan, Rabu 3 Mei 2023

Fatimah bersama keluarganya saat menemui media dirumahnya selasa (02/05/2023) siang.

Reporter: Angga Ardiansyah

Ramapati Pasuruan — Salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) dari ratusan WNI yang terjebak di Sudan adalah warga Kota Pasuruan dan berhasil dievakuasi.

Namanya Ummu Fatimah Qomariyah (20), mahasiswi asal Pasuruan ini menjadi salah satu warga negara indonesia (WNI) yang berhasil dievakuasi dari perang Sudan.

Saat ditemui di rumahnya, yang berada di Jambangan 2 Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan, Selasa (02/05/2023) siang. Mahasiswi International University of Africa (UIA) ini merasa lega setelah bisa dipulangkan dan bisa berkumpul lagi bersama keluarganya.

“Rasanya senang sekali ketika bisa bertemu kembali dengan orang tua dan keluarga,” ujar Fatimah.

Menurutnya, dirinya dipulangkan bersama rombongan kloter pertama yang berjumlah 385 WNI lainnya dari medan perang saudara di Sudan bersama 37 WNI asal Jawa Timur pengungsi korban perang Sudan dan baru menyinjakkan kakinya di Surabaya pada Minggu (30/04/2023).

Fatimah merupakan mahasiswi yang mengambil jurusan Syariah ini menceritakan perjuangannya hingga bisa selamat kembali ke Indonesia. Menurutnya Ketika perang saudara di Sudan antara militer dengan paramiliter
Rapid Support Forces (RSF) pecah pada Senin, 15 April 2023 lalu, dirinya masih tinggal di asrama kampus University of Africa (UIA).

Selama seminggu, dia harus bertahan hidup di tempat pengungsian di aula kampusnya.
Setiap hari, dia merasakan suasana mencekam rentetan tembakan peluru hingga getaran hamtaman rudal.

“Posisi asrama dan kampus itu di tengah-tengah zona merah perang, jadi di depan, kiri, kanan, belakang itu markasnya tentara,” ungkapnya.

Baru pada hari Sabtu, 22 April 2023, pihak kampus UIA mengumumkan terkait adanya evakuasi mahasiswa.

“Esok harinya, pada Minggu, dua tiga April, seluruh mahasiswa kampus UIA dari berbagai negara mulai dilakukan evakuasi,” tambah Fatimah.

Evakuasinya dilakukan oleh relawan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) bersama Kedubes RI saat pagi buta tepat sekitar pukul 03.00 waktu Sudan dan diutamakan mahasiswa yang dievakuasi adalah perempuan dan ibu hamil.

“Barang bawaanya dibatasi, bahkan saya cuma bawa baju ganti satu saja, barang-barang berharga lain seperti laptop terpaksa ditinggal disana,” ucapnya.

Mahasiswi yang mendapat beasiswa dari Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogjakarta ini mengungkapkan selama proses evakuasi berjalan sangat menegangkan dengan kondisi gelap gulita karena listrik kondisinya padam

“Sepi gak ada listrik, dan gak boleh nyalain senter takutnya kelihatan terus malah dicurigai,” imbuhnya.

Berselang 16 jam, rombongan bus evakuasi kloter pertama pun sampai di pelabuhan Port Sudan.
Dari Port Sudan, rombongan mahasiswa menaiki kapal laut selama 20 jam menuju Jeddah.

“Selama perjalanan ke Jeddah, kita dikawal kapal tentara Sudan,” kata Fatimah.

Baru pada Selasa, 25 April 2023, rombongan mahasiswa kloter pertama sampai di Jeddah.
Setelah menginap semalam, rombongan mahasiswa diterbangkan dari Jeddah dan baru sampai ke Jakarta pada Sabtu, 29 April 2023.

“Kemudian ahad tiga puluh April, saya sampai ke Surabaya, disambut Ibu Gubernur Khofifah. Terus saya langsung pergi ke Jogja menemui kakak baru pulang ke Pasuruan kemarin malam,” pungkasnya.