Keseruan Warga RT 4 Perum. Graha Indah Krapyakrejo Saat Nyate Bareng di Momen Lebaran Kurban

Reporter: Angga Ardiansyah

Ramapati Pasuruan — Hari Raya Idul Adha identik dengan bakar sate, tradisi bakar sate daging hasil kurban ini biasanya dilakukan setelah penyembelihan dan setelah mendapatkan bagian daging dari hewan kurban tersebut.

Kebersamaan warga Graha Indah di RT 04 saat moment lebaran kurban. (foto: angga ramapati)

Rata-rata orang Indonesia akan segera membakar sate daging kurban setelah menerimanya. Karena sate merupakan olahan praktis yang tidak membutuhkan banyak persiapan. Tinggal membuat bumbu kecap atau bumbu kacang, kemudian membakarnya.

Dibanding membuat rendang atau semur yang membutuhkan persiapan lebih lama, makanya masyarakat banyak yang memilih mengolah daging kurban menjadi sate. Selain praktis, sate juga sangat lezat.

Bagaimana asal-usul sate berada di tengah-tengah masyarakat? Dicuplik dari Okezone.com.

Awalnya masyarakat Indonesia memasak daging dengan cara direbus. Tapi setelah mengenal kebab yang merupakan masakan khas Timur Tengah, orang-orang pribumi pun suka makan daging sapi atau kambing dengan cara dibakar.

Inilah yang menjadi awal mula sate sebagai makanan favorit masyarakat Indonesia kala itu. Kata sate berasal dari bahasa Tamil yaitu “catai” yang artinya daging. Sate berkembang di seluruh wilayah Indonesia hingga saat ini.

Nah, tradisi nyate dalam momen perayaan Idul Adha biasanya dimaknai sebagai ajang silaturahmi dengan teman-teman, saudara, hingga keluarga. Ini untuk mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal tersebut juga dilakukan oleh warga Perum Graha Indah di RT 04 RW 07 Kelurahan Krapyakrejo Kota Pasuruan. Dimana setiap tahunnya tradisi bakar sate bersama-sama satu RT sudah menjadi tradisi disana.

” Kalau tradisi nyate bareng- bareng memang sudah beberapa tahun kita lakukan di RT kita sebagai rasa kebersamaan antar warga,” kata Eko Suyanto Ketua RW 07 saat dikonfirmasi Ramapati Pasuruan, Senin (17/06/2024).

Senada dengan ketua RW 07, salah satu tokoh masyarakat disana Widodo mengatakan, keseruan saat moment lebaran kurban seperti ini sudah dinanti- nantikan. Selain serunya saat penyembelihan sampai proses menguliti hewan kurban sampai mencacah daging untuk dibagikan dan endingnya makan bersama-sama penuh makna dan keseruan.

“Kalau lebaran kurban itu seru pokoknya, mulai menyembelih, menguliti, keseruan nyate bareng-bareng, makan bareng-bareng, kumpul sama warga se RT juga. Asyik sih pokoknya,” ungkapnya.

Sementara itu ketua RT 04 Donny Edward mengatakan, makna bakar sate saat Idul Adha selain keseruan bisa ngumpul dengan warga se RT, acara seperti ini juga untuk menambah kebersamaan.

” Alhamdulillah di RT empat tahun ini bisa menyembelih lima ekor kambing, proses mulai penyembelihan, menguliti, mencacah dagingnya sampai bakar- bakar satenya di lakukan oleh warga semua mulai dari bapak- bapak, ibu- ibu sampai anak-anak,” ujarnya.

Donny menambahkan keseruannya itu sangat terasa saat warga itu membagi tugas, ada yang meracik bumbu, ada juga yang mengiris daging dan menusuknya menjadi sate.

” Moment seperti ini yang ingin kami ciptakan, sederhana tapi penuh makna, sekaligus menimbulkan kekompakan antar warga,” pungkasnya.