Reporter: Angga Ardiansyah
Ramapati Pasuruan — Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita. Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, dan dimasa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktifitas.
Berkaitan dengan hal tersebut BKKBN Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan kegiatan Internalisasi Pengasuhan Balita dalam rangka percepatan penurunan stunting kepada masyarakat tahun 2024 yang ditempatkan di Kota Pasuruan, Sabtu (18/05/2024).
Dalam sambutannya Kepala DP3AKB Kota Pasuruan Edy Ana Setyowidodo menyampaikan bahwa stunting itu disebabkan oleh faktor multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.
” Beberapa faktornya antara lain praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan dan setelah melahirkan”, kata Edy Ana.
Selain itu kata Edy Ana masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk pelayanan ANC (Antenatal Care) juga masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi juga kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
Berdasarkan data survey status gizi Indonesia menurutnya, prevalensi stunting Kota Pasuruan sebagai berikut:
Tahun 2021 sebesar 22,1 persen
Tahun 2022 sebesar 21,1 persen
Tahun 2023 sebesar 11,7 persen
Tren penurunannya mencapai 9,4 persen.
” Saya atas nama Pemerintah Kota Pasuruan mengucapkan terimakasih dengan terlaksananya kegiatan ini khususnya untuk perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur di Kota Pasuruan”, pungkasnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Tim penggerak PKK Kota Pasuruan, ketua Pokja IV TP PKK Kota Pasuruan, penyukuh KB Kota Pasuruan, Insan Gendre Kota Pasuruan dan beberapa Center Of Excelent (COE) juga Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) di Kota Pasuruan.