Reporter: Angga Ardiansyah
Ramapati Pasuruan — Puncak perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 H tahun 2024 berakhir dengan dirayakannya lebaran ketupat ( riyoyo pitu) bagi sebagian masyarakat di Indonesia.
Di Kota Pasuruan sendiri lebaran ketupat di rayakan dengan perayaan ” Praonan ” bagi masyarakat di wilayah pesisir. Tradisi praonan sendiri menjadi tradisi tahunan yang masih dipertahankan khususnya oleh warga di sekitar pelabuhan dan di daerah pesisir lainnya.
Praonan pada lebaran ketupat sendiri menjadi ajang berlibur sambil menaiki perahu sekaligus sebagai anjangsana silaturrahmi bagi warga yang datang dari pelosok desa kepada saudaranya yang ada diwilayah pesisir.
Kasatpolair Polresta Pasuruan Erni Sugihastuti saat dikonfirmasi ramapati menyatakan pihaknya telah mempersiapkan ratusan personilnya yang juga dibantu dari BPBD kota/kabupaten Pasuruan serta para relawan lainnya sejak mulai pukul 06.00 WIB.
” Kami sudah stanbay mulai jam enam pagi dengan menerjunkan ratusan personel dibantu BPBD dan juga relawan. Ada tiga kapal yang kami terjunkan untuk memantau tradisi praonan mulai dari wilayah Kota dan juga Kabupaten Pasuruan,” ujarnya. Rabu (17/04/2024).
Menurut Erni dari hasil pantauan timnya di perairan, perayaan peraonan tahun ini berjalan aman dan lancar.
Sementara itu Hamid (61) salah satu pemilik kapal/perahu yang menyewakan kapalnya untuk memfasilitasi warga yang ingin praonan mengungkapkan, pihaknya bersama kru kapal sudah mempersiapkan kapalnya sejak pukul 08.00 WIB.
Ditanya berapa tarif yang dikenakan kepada setiap penumpang yang menyewa kapalnya, Hamid mengatakan setiap kepala Rp 10.000 baik dewasa dan anak-anak, kecuali yang balita gratis.
” Setiap kepala itu cuma sepuluh ribu baik yang dewasa ataupun anak-anak kecuali masih kecil gratis,” ungkapnya.
Hamid menuturkan satu kapal itu berisi 40 penumpang dimana lama perjalanan mulai berangkat sambil kembali mencapai 1 jam.
” Kalau ombaknya agak besar perjalanannya mencapai satu jaman, tapi kalau tidak ada ombak bisa ditempuh sekitar setengah jam saja,” paparnya.
Tradisi praonan ini juga dimanfaatkan oleh para PKL yang ada disekitar pelabuhan untuk membuka standnya. Terpantau setiap stand PKL yang ada banyak pembeli yang antri untuk sekedar beli minuman ataupun makanan karena cuaca disekitar pelabuhan Kota Pasuruan memang sedang cerah dan sangat panas.