Pasuruan, Sabtu 28 Mei 2022
Reporter: Angga Ardiansyah
Ramapati Pasuruan – Berawal dari program dr. Mengabdi dari Universitas Brawijaya Malang tahun 2019, Karang Taruna Kelurahaan Tambaan bisa memiliki alat/mesin destilator yaitu mesin pengolah sampah menjadi BBM.
Untuk prosesnya sendiri dengan cara memanaskan sampah plastik menggunakan bahan bakar LPG pada temperatur tertentu, dimana hasil minyak yang ada dapat menghasilkan minyak tanah, solar dan juga premium.
“Mesin destilator ini kami dapat bantuan dari Universitas Brawijaya, yang berfungsi mengurangi sampah plastik khususnya sampah plastik yang ada dipinggiran pantai dengan cara diolah menjadi BBM,” kata Nouvel Zabidin (23) salah satu anggota Karang Taruna di Kelurahan Tambaan. Sabtu (28/5/2022).
Nouvel yang juga salah satu duta pemuda pelopor bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan dan Pariwisata yang mewakili Kota Pasuruan di tingkat Provinsi Jatim menyatakan, bermula karena banyaknya sampah di pantai pesisir Pasuruan baik dari sampah warga ataupun juga sampah kiriman menyebabkan Karang Taruna bersama warga sekitar sering melakukan bersih-bersih pantai seminggu 2 kali.
“Dan hasil sampah plastiknya kami ambil untuk kembali di proses mulai pembersihan, sampai pengeringan selama 1 minggu, setelah kering baru kami proses melalui mesin destilator” ujarnya.
Nouvel sendiri dalam proses pengolahan tersebut tidak sendirian , dia dibantu oleh 5 rekan lainnya yang bergantian menjaga proses pengolahan sampah plastik yang membutuhkan kurang lebih 4 jam.
“Untuk mesin destilator ini hanya bisa menampung 30 kilogram sampah plastik dan itu sudah maksimal, dengan prosentase limpah pastiknya (kreseknya) 20 persen, 5 persennya botol gelas mineral dan 5 persennya botol minuman meneral yang masih kami potong-potong,” tambahnya.
Menurut Nouvel untuk proses limbah plastik menjadi BBM tersebut akan menghasilkan 7 liter BBM, dengan rincian 5 liter BBM jenis solar, 1 liter BBM jenis minyak tanah dan 1 liter BBM jenis premium/bensin.
“Untuk semua jenis BBM yang dihasilkan tersebut kemudian dilakukan penyaringan, untuk BBM jenis premium/bensin dengan takaran 1 liter dicampur 3 butir octan dan jika hasilnya mau lebih jernih maka harus dilakukan penyaringan berkali-kali, kalau untuk yang solar tidak perlu dicampur octan,” lanjutnya.
Untuk hasil olahan sampah plastik berupa solar, minyak tanah dan premium Nouvel sudah diujicobakan ke kapal nelayan untuk solar, sepeda motor untuk premiun dan minyak tanah buat obor.
“Hasilnya setelah diujicobakan aman dan tidak ada kendala, semoga kedepan hasil proses olahan dari bahan plastik menjadi BBM bisa membantu masyarakat sekitar dan kedepan juga bisa menjadi solusi khususnya bagi nelayan untuk jenis solar kalau pemerintah sudah mencabut semua subsidi jenis BBM,” pungkasnya.